Senin, 16 Januari 2012

DIGE



KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Class : Mamalia
Ordo : Primata
Family : Cercopithecidae
Genus : Macaca
Species : Macaca hecki
Nama lain : Dige (Buol), Bankalae (Dondo, Tinombo)

CIRI- CIRI 
Umumnya primata ini lebih pendek jika dibandingkan dengan ukuran tubuh monyet Sulawesi lainnya. Dige memiliki panjang tubuh yang berkisar antara 479 - 557 mm dan berat tubuh berkisar antara 6,8- 11,2 kg. Bentuk muka Macaca hecki lebar dan memiliki jambul yang tegak. Warna tubuh nya hitam kecoklatan, rambut bagian depan berwarna hitam sangat gelap, sedangkan warna rambut kakinya lebih terang. Ukuran bantalan tungging paling besar dibandingkan jenis monyet Sulawesi lain, dan bentuknya menyerupai ginjal. Macaca hecki memiliki kantung di pipi untuk menyimpan makanan. 

PERILAKU 
Macaca hecki memiliki luas daerah jajahan berkisar antara 75 - 100 Ha dan jelajah harian antara 1 - 2 km. Macaca hecki hidup di pepohonan arboreal, semiarboreal, dan teresterial. Macaca hecki sering berkelana di dasar hutan dengan menggunakan empat anggota tubuhnya (quadropedal). Umumnya Macaca hecki lebih cepat bergerak di dasar hutan dibandingkan dengan di pohon. Umumnya Macaca hecki aktif pada siang hari (diurnal). Tempat tidur dipilih pada cabang batang utama, tidur berkelompok pada satu pohon, dan tidak membuat sarang.
Primata ini hidup berkelompok yang terdiri dari beberapa jantan dan betina. Anggota kelompok berkisar antara 10 - 15 ekor. Individu betina akan tetap tinggal dalam kelompok. Sedangkan, individu jantan akan memisahkan diri saat dewasa. Di daerah perbatasan dengan janis lain, seperti Macaca tonkeana di selatan dan Macaca nigrescens di utara, primata ini diduga melakukan perkawinan silang (hibridisasi). Keturunan yang dihasilkan, sedikit berbeda dari kedua induk, seperti terlihat dari perkembangan bentuk bantalan tunggingnya.Suara yang dikeluarkan oleh Macaca hecki merupakan lengkingan panjang dan berulang- ulang. Suara tersebut berfungsi sebagai tanda bahaya bagi anggota kelompoknya, atau digunakan untuk memamerkan kekuatan (khususnya jantan) kepada kelompok lain. Macaca hecki kadang menjadi hama ladang jagung yang sering dibasmi penduduk. Saat akan memasuki ladang, jantan pemimpin kelompok biasanya mengintai terlebih dahulu dari atas pohon, dan anggotanya berada di atas tanah. Setelah berada di ladang, jantan dominan akan turun dan ikut makan dalam keadaan tetap waspada.

HABITAT 
Macaca hecki hidup di hutan tropik dataran rendah sampai pegunungan pada ketinggian 1.800 m dpl. Macaca hecki juga sering dijumpai di pinggir perladangan penduduk atau sekitar perkebunan. 

MAKANAN 
Makanan Macaca hecki hampir sama dengan jenis monyet Sulawesi lainnya, yaitu berbagai jenis bagian dari tumbuhan, daun, pucuk daun, bunga, biji, buah, umbi, dan beberapa jenis serangga serta mollusca, bahkan invetebrata kecil. 

PERSEBARAN
Macaca hecki tersebar di bagian utara Sulawesi Tengah, dibatasi oleh pegunungan Siweli- Kasimbar, Kampung baru dan ke arah utara- timur sampai Danau Lomboto, lebih kurang daerah Kwandang, Sulawesi Utara. 

STATUS KONSERVASI
Seperti hal nya monyet Sulawesi lainnya, Macaca hecki juga menghadapi ancaman penyusutan habitat di alam. Lebih dari 33 % atau dari 67.000 km2 menjadi 38.500 km2 merupakan faktor yang mengancam kehidupan. Kini Macaca hecki hanya menempati tak lebih dari 1.055 km2 dalam kawasan konservasi.

Liana


Liana atau liaan merupakan batang tumbuhan yang melilit menumpang pada batang pohon. Batangnya seperti tali tambang besar yang bisa digunakan untuk berayun dan memanjat pohon. Bisa juga digunakan sebagai sumber air minum jika kesulitan air dalam perjalanan di gunung (Yatim, 2007). Liana menggantung bebas di udara walaupun dekat dengan batang. Posisi ini kerap kali dimanfatkan oleh orang-orang Sunda yang terampil untuk memanjat pohon kanopi yang seringkali berbatang besar (van Steenis, 1972).
Liana merupakan tumbuhan merambat yang batangnya berkayu, serta memiliki ukuran batang lebih besar dengan perakaran di lantai hutan. Akan tetapi, pucuk dan daunnya dapat mencapai kanopi yang tinggi. Liana umumnya terdapat di hutan tropis. Liana tumbuh di atas tanah sehingga dikelompokkan sebagai tumbuhan terestrial. Secara alami, mereka tumbuh dari biji yang jatuh ke tanah, berkecambah, dan tumbuh. Liana ada yang dimanfaatkan sebagai obat, tanaman hias, buahnya dapat dikonsumsi, dan ada pula yang menjadi tumbuhan inang bagi Rafflesia arnoldi (Anonim, 2006).
            Beberapa jenis liana yang dapat kita temukan di Pulau Jawa antara lain: Aristolochia coadunata, Clematis lechenaultiana, C. javanica, Lavanga sarmentosa, Lonicera acuminata, Lonicera javanica, Nepenthes gymnaphora, Schisandra elongata, Tetrastigma papillosum, Toddalia asiatica, Tylophora villosa, dan Zanthoxylum scandens (van Steenis, 1972).

Berikut ini adalah beberapa jenis liana,
 
Ficus punctata


Tetrastigma sp.

Freycinetia     javanica
 


Sumber:
van Steenis, C.G.G.J. 1972. The Mountain Flora of Java. E.J. Brill, Leiden. dterjemahkan oleh: Jenny A. Kartawinata. 2006. Flora Pegunungan Jawa. Pusat Penelitian Biologi-LIPI, Bogor, ixv + 259 hlm.
Yatim, Wildan. 2007. Kamus Biologi. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. 


Mnium



Taksonomi
Kerajaan        : Plantae
Divisi              : Bryophyta
Anak-divisi    : Musci
Kelas              : Bryopsida
Anak-kelas    : Bryidae
Bangsa          : Bryales
Suku              : Mniaceae
Marga             : Mnium
            Jenis              : M. aculeatum · M. adnivense · M. affine · M. affine elatum · M. affine rugicum · M. albicans · M. albo-limbatum · M. ambiguum (Ambiguous Calcareous Moss) · M. andrewsianum · M. androgynum · M. annotinum · M. arbuscula · M. arcticum · M. arcuatum · M. arizonicum (Arizona Calcareous Moss) · M. bicolor · M. bimum · M. blytii · M. blyttii (Blytt's Calcareous Moss) · M. brevifolium · M. caespiticium · M. carneum · M. carolinianum · M. chloroloma · M. ciliare · M. cinclidioides · M. cirrhatum · M. confertidens · M. coriaceum · M. crispum · M. crudum · M. curvatulum · M. curvulum · M. cuspidatum · M. decurrens · M. distichum · M. drummondii · M. elatum · M. ellipticum · M. excurrens · M. filicaule · M. fissum · M. flagellare · M. fontanum · M. formosicum · M. geniculatum · M. giganteum · M. glabrescens · M. gracile · M. gracilentum · M. grandifolium · M. heteromallum · M. heterophyllum · M. heterostichum · M. hornum (Horn Calcareous Moss) · M. hygrometricum · M. hymenophylloides · M. hymenophyllum · M. ilicifolium · M. immarginatum · M. inclinatum · M. incrassatum · M. inordinatum · M. insigne · M. integrifolium · M. integrum · M. intermedium · M. japonicum · M. javense · M. lacustre · M. laevinerve · M. lanatum · M. leptolimbatum · M. ligulaceum · M. ligulatum · M. ligulifolium · M. longirostre · M. longirostrum · M. lucidum · M. lycopodioides · M. lycopodioides subsp. inclinatum · M. macro-ciliare · M. magnirete · M. marginatum (Olivegreen Calcareous Moss) · M. marginatum dioicum · M. maximoviczii · M. maximowiczii · M. medium · M. membranaceum · M. menziesii · M. microphyllum · M. minutulum · M. niagarae · M. nigricans · M. nipponense · M. nudum · M. orbifolium · M. orientale · M. orthorrhynchum · M. orthorrynchum · M. palustre · M. parvidentatum · M. pellucens · M. perpusillum · M. pohlia · M. polytrichoides · M. proliferum · M. pseudolycopodioides · M. pseudopunctatum · M. pulchellum · M. punctatum punctatum · M. punctatum anceps · M. punctatum elatum · M. radiatum · M. reclinatum · M. rhynchomitrium · M. rhynchophorum · M. rigidum · M. riparium · M. roseum · M. rostratum · M. rostratum Schrad. var. ligulatum Herzog · M. rotundifolium · M. rugicum · M. rutheanum · M. sapporense · M. saximontanum · M. seligeri · M. serpyllifolium · M. serratum · M. setaceum · M. sikkimense · M. silvaticum · M. simplex · M. sinensi-punctatum · M. speciosum · M. spiniforme · M. spinosum (Spinosum Calcareous Moss) · M. spinulosa · M. spinulosum (Largetooth Calcareous Moss) · M. squarrosum · M. stellare (Stellar Calcareous Moss) · M. striatulum · M. subenerve · M. subglobosum · M. subinclinatum · M. subintegrum · M. sublimbatum · M. submarginatum · M. subvesicatum · M. succulentum · M. sylvaticum · M. tenerrimum · M. thomsonii (Thomson's Calcareous Moss) · M. tomentosum · M. tortile · M. trichomanes · M. turbinatum · M. turgidum · M. umbratile · M. undulatum · M. venustum · M. vesicatum · M. voxense · M. wrightii · M. yunnanense. (http://zipcodezoo.com)

Definisi dan Deskripsi
Mnium sp. merupakan salah satu jenis lumut yang paling indah diantara jenis lumut, berdaun tipis, lebar, bening serta berkilau mirip permata.
Mnium memiliki ciri-ciri :
1.            Umumnya memiliki warna benar-benar hijau, karena memiliki sel-sel dengan plastida yang mengandung klorofil a dan b.
2.            Memiliki gametofit jantan dan betina yang terpisah, yang secara berturut-turut memiliki anteridium dan arkegonium.
3.            Di bawah operkulum terdapat suatu organ berupa gigi-gigi (peristom) yang menutupi lubang kapsul spora.

Siklus Hidup
Secara ringkas siklus hidup Mnium :
-           kebanyakan gamet jantan dan betina terpisah
-           sperma membuahi telur
-           terjadi mitosis
-           muncul sporofit
-           dasar sporofit tetap melekat pada gamet betina
-           terjadi meiosis
-           spora berkecambah
-           secara seksual gametofit dewasa dibentuk.

Jenis-jenis Mnium
1.    Mnium hornum (carpet moss)
  • Merupakan lumut yang sederhana. Mereka dapat hidup di berbagai habitat, tetapi yang paling sering ditemukan pada permukaan tanah, batu, dan dasar pohon di daerah hutan. 
  • Daunnya lebih atau sedikit sejajar, tipis, panjang, lancip ke satu titik pada ujungnya.
  • Sering ditemukan kapsul melimpah di musim semi.
  • Di bawah operkulum kapsul spora terdapat dua peristom.
  • Banyak orang menggunakan Carpet Moss sebagai penutup tanah di taman atau kebun mereka.
Manfaat
·         Dalam ekosistem, sebagai penyedia oksigen, penyimpan air, dan sebagai penyerap polutan.
·         Sebagai obat tradisional. Misalnya pada Mnium cuspidatum yang digunakan untuk haemostatis nosebleed (mimisan).

Sabtu, 18 Juni 2011

GERAK PADA TUMBUHAN

Beberapa gerak yang dilakukan oleh tumbuhan, dihasilkan sebagai respon tumbuhan terhadap sejumlah rangsangan dari luar atau dari lingkungannnya. Gerak pada tumbuhan paling banyak berorientasi pada cahaya dan gravitasi.

Berdasarkan atas penyebab timbulnya gerak, dapat dibedakan antara gerak tumbuh dan gerak turgor. Gerak tumbuh adalah gerak yang ditimbulkan oleh adanya pertumbuhan, sehingga menimbulkan perubahan plastis atau irreversible. Gerak turgor adalah gerak yang timbul karena terjadi perubahan turgor pada sel-sel tertentu, dan sifatnya elastis atau reversible.

Berdasarkan atas orientasi gerak, gerak pada tumbuhan dibagi menjadi gerak tropi dan gerak nasti. Gerak tropi merupakan gerak tumbuh, sebagai respon tumbuhan terhadap rangsangan dari luar. Gerak nasti dapat merupakan gerak tumbuh atau turgor, dan arah geraknya tidak ditentukan oleh rangsangan. Termasuk ke dalam gerak nasti adalah epinasti (membengkok ke bawah), hiponasti (membengkok ke atas), niktinasti (gerak tidur atau gerak berirama), seismonasti (respon terhadap kejutan), termonasti (respon terhadap suhu), dan gerak tumbuhan karnivora.

I. GERAK NASTI

Gerak nasti berasal dari Bahasa Yunani yaitu nastos yang artinya dipaksa mendekat. Gerak nasti adalah gerak tumbuhan yang terpicu oleh rangsangan dari luar namun arahnya tidak ditentukan oleh arah datangnya rangsangan, Mereka dapat merupakan gerak tumbuh yang sifatnya permanen atau gerak variasi yang sifatnya tidak permanen (reversible). Gerak ini ada hubungannya dengan irama endogen yang sudah disiapkan atau jam biologi, yang membantu dalam perkembangannya. Ditinjau dari macam sumber rangsangannya, gerak nasti dibedakan menjadi:

a. Epinasti dan Hiponasti

Epinasti adalah gerak membengkok ke bawah yang biasanya terjadi pada tangkai daun, sehingga posisi ujung daun membengkok arah ke tanah. Hal ini disebabkan oleh perbedaan jumlah auksin yang diangkut ke bagian atas dan bawah tangkai daun dari daun, yang menimbulkan perbedaan pertumbuhan pada tangkai daun tersebut. Kebalikan dari epinasti adalah hiponasti dapat terjadi kalau diinduksi dengan memberikan asam giberelat (GA).

Sering gerak dedaunan ini akibat adanya pulvinus di pangkal tangkai daun, helai daun, atau anak daun, tapi juga terjadi pada banyak tumbuhan yang tak memiliki pulvinus. Misalnya epinasti terjadi bila sel di bagian atas tangkai atau helai daun, khususnya di urat pokok, tumbuh (memanjang secara tak terbalikkan) lebih cepat daripada sel di bagian bawah. Pembengkokan berubah menjadi hiponastik ketika sel di sisi bawah berubah tumbuh lebih cepat.

Hiponasti dan epinasti

b. Fotonasti

Fotonasti adalah gerak nasti pada tumbuhan yang disebabkan oleh rangsangan cahaya matahari. Misalnya Bunga pukul sembilan yang mekar sekitar pukul sembilan.Bunga pukul empat (Mirabilis jalapa) yang akan mekar pada sore hari dan menutup esok paginya. Bunga pukul empat (Mirabilis jalapa) yang akan mekar pada sore hari dan menutup esok paginya.

Bunga Mirabilis jalapa menguncup pada pagi hari dan mekar pada sore hari.

c. Niktinasi

Niktinasi (nyktos dan nux dalam bahasa Yunani yang artinya malam) merupakan proses berirama yang dikendalikan oleh interaksi antara lingkungan dan waktu biologis. Disebabkan oleh suasana gelap, sehingga disebut juga gerak tidur.

A.W. Galston dan kawan-kawan mendeteksi adanya perpindahan ion kalium dari bagian atas ke bagian bawah pulvinus dan sebaliknya. Perpindahan ion kalium telah menyebabkan perubahan potensial osmotic yang besar pada sel-sel motor yang mengakibatkan daun bergerak ke atas atau ke bawah. Diduga auksin terlibat dalam kegiatan ini. IAA yang diproduksi pada siang hari terutama diangkut ke bagian bawah petiol. Ion kalium akan bergerak ke arah di mana memiliki kandungan IAA lebih tinggi, air masuk ke bagian bawah pulvinus dan daun bangun. Angkutan auksin berkurang pada malam hari, terjadi reaksi sebaliknya. Auksin yang diberikan ke bagian atas atau bagian bawah pulvinus akan menyebabkan tidur dan bangunnya daun secara berturut-turut. Sejumlah sel di pulvinus yang menggembung saat membuka disebut ekstensor, sedangkan sel yang mengerut dinamakan fleksor. Gerak ini terjadi pada tumbuhan Leguminosae atau polong-polongan (Leguminosaceae) seperti bunga merak (Caesalpinia pulcherrima), daun kupu-kupu (Bauhinia purpurea) dan Oxalis triangularis.

Daun Oxalis triangularis pada siang (kiri) dan malam hari (kanan)

d. Seismonasti atau Tigmonasti

Seismonasti berarti respon terhadap goncangan. Istilah tigmonasti berasal dari bahasa Yunani, yaitu thigma yang berarti sentuhan. Contoh gerak menutupnya daun sikejut atau putri malu (Mimosa pudica), jika disentuh. Tumbuhan ini memberikan respon sangat cepat yaitu sekitar 0,1 detik setelah rangsangan diberikan, dan penyebaran reaksi terhadap rangsangan ini ke bagian atas dan bawah tumbuhan berjalan antara 40-50 cm/detik. Jika ujung daun putri malu disentuh maka akan terjadi aliran air yang menjauhi daerah sentuhan. Adanya aliran air ini menyebabkan kadar air di daerah sentuhan berkurang, sehingga tekanan turgornya mengecil. Akibatnya daun putri malu akan menutup dan tampak seperti layu. Lamanya waktu menutup tergantung pada suhu dan keras halusnya getaran.

Jika hanya satu anak daun dirangsang, rangsangan itu diteruskan ke seluruh tumbuhan, sehingga anak daun lain ikut mengatup. Kegunaan respon ini diduga bahwa pelipatan anak daun akan mengagetkan dan mengusir serangga sebelum mereka sempat memakan daunnya. Pelipatan terjadi karena air diangkut keluar dari sel motor pada pulvinus, kejadian yang berhubungan dengan keluarnya K+. Penyebaran isyarat Mimosa telah bertahun-tahun diteliti, terbukti ada dua macam mekanisme, elektris dan kimiawi. Potensial kerja disebabkan oleh aliran sejumlah ion tertentu melintasi sel parenkima (yang dihubungkan oleh plasmodesmata) xilem dan floem, dengan kecepatan sampai sekitar 2 cm s-1. Potensial kerja tidak akan melewati pulvinus dari satu anak daun ke anak daun lainnya, kecuali bila respon kimiawi juga terlibat sehingga hanya beberapa anak daun saja yang terlipat. Hal ini disebabkan oleh suatu bahan yang bergerak melalui pembuluh xilem bersamaan dengan aliran transpirasi. Bahan aktif ini dikenal sebagai turgorin.

e. Termonasti

Termonasti merupakan gerak nasti yang disebabkan oleh rangsan suhu, seperti mekarnya bunga tulip dan crocus. Bunga-bunga tersebut mekar jika mendadak mengalami kenaikan temperatur, dan akan menutup kembali bila temperatur menurun. Ada dua sifat dari gerak termonasti yaitu yang bersifat reversibel dan permanen.

Bunga tulip

f. Haptonasti (Gerak Perangkap)

Sejenis tumbuhan pemakan serangga dilengkapi dengan perangkap, yang bereaksi cepat sekali untuk menangkap serangga hidup. Contoh tumbuhan kelompok ini adalah Utricularia sp., Dionea sp., dan Drosera sp.

Cara kerja perangkap ini karena adanya ”nerve-like signal” atau rambut epidermis-sensori yang dapat menimbulkan potensial kerja pada perangkap. Potensial kerja bergerak dari rambut itu ke jaringan daun bercuping rangkap dan mengakibatkan cuping tersebut mengatup dengan cepat dalam waktu kira-kira setengah detik. Tumbuhan tersebut memerangkap serangga, yang kemudian dicerna oleh enzim yang dikeluarkan daun untuk menghasilkan nitrogen dan fosfat bagi tumbuhan.

Dionea sp.

g. Gerak berputar

Gerak berputar atau ”twisting” terjadi pada daun kacang yang membuat gerak rotasi. Gerak ini berjalan secara periodik dengan siklus waktu sedikit di bawah 1 jam, dan hanya terjadi pada siang hari ketika daun tidak dalam posisi tidur. Daun bergerak ke atas dan ke bawah dengan sudut sekitar 10o dalam perioda 1 jam.

Desmodium gyrans

h. Nutasi

Nutasi merupakan gerak tumbuh ke atas yang gerakannnya seperti spiral. Hal ini disebabkan oleh keseimbangan yang tidak stabil pada pucuk batang, yang mengakibatkan terjadinya osilasi dalam memproduksi zat pengatur tumbuh.

i. Hidronasti (Higronasti)

Hidronasti merupakan gerak pelipatan atau penggulungan daun akibat respon terhadap keadaan rawan air. Proses tersebut dapat mengurangi terpaan udara kering pada permukaan daun, dan dengan penutupan stomata transpirasi berkurang. Maka bahaya penghambatan oleh cahaya juga dapat diturunkan. Gerakan pelipatan dan penggulungan daun terjadi akibat hilangnya turgor dalam sel motor berdinding tipis yang disebut sel buliform. Sel tersebut terdapat pada rumput-biru Kentucky (Poa pratensis). Sel buliform tidak atau sedikit memiliki kutikula, sehingga hilangnya air melalui transpirasi berlangsung lebih cepat ketimbang sel epidermis lainnya. Ketika tekanan turgor menurun, turgiditas sel yang tetap di sisi bawah daun mengakibatkan daun terlipat. ini hanyalah salah satu mekanisme tumbuhan untuk bertahan terhadap kekeringan.

Poa pratensis

II. GERAK TROPISME

Tropisme berasal dari bahasa Yunani ‘Trope’ yang berarti membelok. Gerak tropisme adalah gerak tumbuh, sebagai respon tumbuhan terhadap rangsangan dari luar. Arah geraknya ditentukan oleh arah rangsangan lingkungan, dapat positif atau negatif. Berdasarkan bentuk rangsangannya, gerak tropisme terbagi menjadi gravitropisme (respon terhadap gravitasi), fototropisme (respon terhadap cahaya), tigmotropisme (respon terhadap sentuhan), hidrotropisme (respon terhadap air), dan skototropisme (mencari tempat gelap).

a. Gravitropisme

Gravitropisme merupakan gerak pertumbuhan ke arah atau menjauhi tarikan gravitasi. Gravitropisme bersifat positif jika pertumbuhan mengarah ke bawah dan bersifat negatif jika pertumbuhan mengarah ke atas. Bagian tumbuhan yang dapat menerima rangsangan gravitasi adalah tudung akar dan pucuk batang. Batang dan tangkai bunga biasanya bersifat gravitropik negatif, namun responnya sangat beragam. Batang utama akan tumbuh 180o dari arah gravitasi sedangkan cabang, tangkai daun, rimpang dan stolon biasanya lebih mendatar.

Berdasarkan arah pertumbuhan terhadap gravitasi, gravitropisme terbagi menjadi orthogravitropisme (pertumbuhan tegak lurus ke atas ataupun ke bawah), diagravitropisme (pertumbuhan mendatar), plagiogravitropisme (pertumbuhan membentuk sudut tertentu). Sedangkan organ yang tidak mendapat pengaruh gravitasi disebut agravitropik.

Rangsangan gravitasi diterima oleh sel melalui dua cara yaitu menerima perbedaan tekanan pada sel sebagai akibat terjadinya distribusi partikel-partikel ringan dan berat yang tidak merata di dalam sel. Kedua adalah timbulnya tekanan sebagai akibat adanya fluktuasi perubahan status air dalam sel, akan menimbulkan tekanan yang disebabkan kandungan sel.

Pengaruh gravitasi diterima oleh tudung akar maupun pucuk batang. Namun penerimaan rangsangan gravitasi oleh ujung akar dan ujung batang tidak sama. Suatu rangsangan gravitasi diterima oleh statolit. Sel yang mengandung statolit disebut statosit. Statolit adalah badan-badan kecil dengan berat jenis tinggi, yang mengendap ke dasar sel. Badan-badan yang mengendap pada sitoplasma meliputi inti sel, diktiosom, mitokondria dan butir-butir pati (amiloplas). Di antara badan-badan sel menunjukkan bahwa amiloplas merupakan statolit di dalam sel yang menerima rangsangan gravitasi, Beberapa bukti yang menguatkan pernyataan ini adalah:

1. Adanya hubungan yang erat antara adanya amiloplas yang terendap dalam organ dengan kemampuan organ untuk tanggap secara gravitropis.

2. Waktu yang diperlukan untuk respon gravitropik berhubungan erat dengan laju pengendapan amiloplas

3. Jika akar atau koleoptil diberi giberelin dan kinetin pada suhu tinggi menyebabkan amiloplas menghilang, demikian pula dengan respon terhadap gravitasi.

4. Kepekaan gravitropik muncul kembali pada waktu yang bersamaan dengan muncul kembali butir pati atau setelah tudung akar baru muncul.

Pada Percobaan F. Went dan N. Cholodny menjelaskan adanya pembelokan pucuk ke arah atas di sebabkan distribusi auksin yang asimetris (tidak merata) pada tanaman dalam posisi horizontal. Pengaruh gravitasi menyebabkan konsentrasi auksin bagian bawah menjadi bertambah. Peningkatan kadar auksin akan merangsang pertumbuhan lebih cepat, sehingga pucuk akan membelok ke atas. Begitupun pada akar yang memiliki asam absisat (ABA) pada tudung akar. Akibat pengaruh gravitasi menyebabkan akumulasi ABA lebih banyak pada bagian bawah, sehingga meningkatkan penghambatan pertumbuhan. Akibatnya bagian sebelah atas yang ABA lebih sedikit, akan tumbuh lebih cepat dan akar akan membelok ke bawah. (sasmitamiharja, 1996)

Gravitropisme pada batang dan akar

b. Fototropisme

Fototropisme merupakan gerak pertumbuhan ke arah datangnya cahaya. Telaah mengenai mekanisme fototropisme di mulai oleh percobaan yang dilakukan oleh Charles Darwin dan putranya Francis. Percobaan dilakukan dengan menghilangkan ujung pucuk batang, dan didapatkan hasil bahwa fototropisme tidak terjadi disebabkan hilangnya pucuk tersebut. Begitu pula ketika ujung pucuk di lapisi bahan yang tidak dapat ditembus cahaya. Namun, fototropisme tetap terjadi ketika seluruh bagian tumbuhan dikuburkan ke dalam pasir hitam halus dan hanya ujung pucuk yang berada di luar, yang menyebabkan membeloknya batang. Dari percobaan ini dijelaskan bahwa, rangsangan (cahaya) terdeteksi pada suatu tempat (ujung pucuk) dan responnya (pelengkungan) dilaksanakan di tempat lain (daerah perpanjangan). (kimbal, )

Mekanisme fototropisme dijelaskan dari percobaan yang dilakukan oleh Boysen dan Jensen dan disempurnakan dengan penemuan auksin oleh F.W. Went. Auksin memiliki peran penting dalam pembelokan batang ke arah cahaya. Auksin merupakan kordinato kimiawi yang berperan dalam pertambahan sel dan pertumbuhan. Auksin berada pada ujung pucuk, sehingga ketika cahaya berada di atas tumbuhan, akan terjadi distribusi auksin dari pucuk ke daerah pemanjangan secara vertikal. Namun ketika cahaya diberikan dari salah satu sisi batang, menyebabkan distribusi auksin secara lateral (asimetrik) dari sisi yang mendapatkan cahaya ke sisi yang gelap. Bagian tanaman yang tidak disinari mendapatkan konsentrasi auksin yang lebih tinggi, Hal ini menyebabkan sisi batang yang pada daerah gelap akan mengalami pertumbuhan sel lebih cepat, sehingga batang seperti berbelok ke arah datangnya cahaya. Bagian tanaman yang tidak disinari mendapatkan konsentrasi auksin yang lebih tinggi.

Diperkirakan distribusi auksin yang asimetrik, disebabkan oleh gabungan tiga mekanisme yang berbeda, yaitu:

a. Terjadinya perusakan auksin oleh cahaya (photodestruction) pada bagian koleoptil yang terkena cahaya.

b. Meningkatnya sintesis auksin pada bagian koleoptil yang gelap

c. Adanya angkutan auksin secara lateral dari bagian yang terkena cahaya menuju ke bagian yang gelap.

Cahaya yang paling efektif dalam merangsang fototropisme adalah cahaya gelombang pendek, sedangkan cahaya merah tidak efektif. Di duga respon fototropis ini ada kaitannya dengan karoten dan riboflavin, karena kombinasi penyerapan spectrum oleh karoten dan riboflavin mirip dengan pola kerja spektrum terhadap fototropisme. (Sasmitamiharja, 1996)


Berbeloknya batang ke arah cahaya

Berbagai percobaan fototropisme Darwin-Darwin dan Boysen-Jensen

c. Tigmotropisme

Tigmotropisme merupakan gerak tumbuh yang ditimbulkan oleh rangsangan sentuhan. Salah satu contoh gerak tigmotropik adalah gerak sulur atau tendril. Sulur akan terus tumbuh memanjang mencari struktur pendukung untuk mengokohkan tegaknya tanaman tersebut. Sulur sangat sensitive terhadap sentuhan. Terjadinya kontak antara sulur dengan suatu benda akan merangsang sulur tersebut tumbuh membengkok ke arah benda yang tersentuh tadi, disebabkan terjadi perbedaan kecepatan pertumbuhan karena di duga sel-sel yang terkena kontak sentuhan akan memproduksi ABA yang menghambat pertumbuhan sedangkan sisi yang berlawana menghasilkan auksin sehingga pertumbuhannya menjadi lebih cepat. Akibatnya sulur membelok dan meliliti sumber sentuhan. Respon sulur sebagian melibatkan perubahan turgor. Di duga telah terjadi perubahan kandungan ATP dan fosfat anorganik yang cepat akibat rangsangan sentuhan pada sulur kacang.

Sulur yang membelit batang

d. Hidrotropisme

Hidrotropisme merupakan gerak tropisme yang dipengaruhi oleh rangsangan kelembapan atau air. Respon tumbuhan tanaman ditentukan oleh stimulus gradient atau konsentrasi air (kelembaban). Kelembaban menyebabkan membeloknya akar ke daerah yang mengandung air dengan konsentrasi yang lebih besar.

Pengamatan terkait hidrotropisme belum banyak berkembang, karena bagian tumbuhan yang mendapat pengaruh adalah akar. Tetapi jika dibandingkan dengan pengaruh gravitasi, pertumbuhan akar ke bawah lebih di mungkinkan karena adanya rangsangan gravitasi di bandingkan rangsangan air

KESIMPULAN

Tumbuhan menerima rangsangan dari lingkungan berupa respon gerak. Gerak pada tumbuhan terbagi menjadi gerak nasti dan gerak tropisme. Gerak nasti adalah gerak tumbuh yang arah geraknya tidak ditentukan oleh rangsangan. Di antaranya yang masuk dalam gerak nasti adalah epinasti (membengkok ke bawah), hiponasti (membengkok ke atas), niktinasti (gerak tidur atau gerak berirama), seismonasti (respon terhadap kejutan), termonasti (respon terhadap suhu), dan gerak tumbuhan karnivora.

Gerak tropisme adalah gerak tumbuh yang arah geraknya ditentukan oleh arah datangnya rangsangan. Di antaranya yang masuk dalam gerak tropisme adalah gravitropisme (respon terhadap gravitasi), fototropisme (respon terhadap cahaya), tigmotropisme (respon terhadap sentuhan), hidrotropisme (respon terhadap air), dan skototropisme (mencari tempat gelap).