Selasa, 12 Oktober 2010

STERILISASI DAN PEMBUATAN MEDIA


1. Sterilisasi

Sterilisasi dalam mikrobiologi ialah suatu proses untuk mematikan semua organism yang teradapat pada suatu benda. Proses sterilisasi dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu penggunaan panas (pemijaran dan udara panas); penyaringan; penggunaan bahan kimia (etilena oksida, asam perasetat, formaldehida dan glutaraldehida alkalin) (Hadioetomo, 1993).

Sterilisasi yang umum dilakukan dapat berupa:

a. Sterilisasi secara fisik (pemanasan, penggunaan sinar gelombang pendek yang dapat dilakukan selama senyawa kimia yang akan disterilkan tidak akan berubah atau terurai akibat temperatur atau tekanan tinggi). Dengan udara panas, dipergunakan alat “bejana/ruang panas” (oven dengan temperatur 170o – 180oC dan waktu yang digunakan adalah 2 jam yang umumnya untuk peralatan gelas).

b. Sterilisasi secara kimia (misalnya dengan penggunaan disinfektan, larutan alkohol, larutan formalin).

c. Sterilisasi secara mekanik, digunakan untuk beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi atau tekanan tinggi akan mengalami perubahan, misalnya adalah dengan saringan/filter. Sistem kerja filter, seperti pada saringan lain adalah melakukan seleksi terhadap partikel-partikel yang lewat (dalam hal ini adalah mikroba) (Suriawiria, 2005).

Autoklaf digunakan sebagai alat sterilisasi uap dengan tekanan tinggi. Penggunaan autoklaf untuk sterilisasi, tutupnya jangan diletakkan sembarangan dan dibuka-buka karena isi botol atau tempat medium akan meluap dan hanya boleh dibuka ketika manometer menunjukkan angka 0 serta dilakukan pendinginan sedikit demi sedikit. Medium yang mengandung vitamin, gelatin atau gula, maka setelah sterilisasi medium harus segera didinginkan. Cara ini untuk menghindari zat tersebut terurai. Medium dapat langsung disimpan di lemasi es jika medium sudah dapat dipastikan steril (Dwidjoseputro, 1994).

2. Pembuatan Media

Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu substrat yang disebut medium. Medium yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan mikroorganisme tersebut harus sesuai susunanya dengan kebutuhan jenis-jenis mikroorganisme yang bersangkutan. Mikroorganisme yang ingin kita tumbuhkan, yang pertama harus dilakukan adalah memahami kebutuhan dasarnya kemudian memformulasikan suatu medium atau bahan yang akan digunakan. Air sangat penting bagi organisme bersel tunggal sebagai komponen utama protoplasmanya serta untuk masuknya nutrien ke dalam sel. Pembuatan medium sebaiknya menggunakan air suling. Air sadah umumnya mengandung ion kalsium dan magnesium yang tinggi. Pada medium yang mengandung pepton dan ektrak daging, air dengan kualitas air sadah sudah dapat menyebabkan terbentuknya endapan fosfat dan magnesium fosfat (Hadioetomo, 1993). Untuk mendukung pertumbuhan mikroba, sebuah media harus menyediakan sumber energi seperti karbon, nitrogen, fosfor, sulfur, dan bahan organik lainnya. Media kimia diartikan salah satu media yang menggunakan bahan kimia yang telah diketahui (Tortora, 2002). Pada pembuatan media untuk berbagai macam organisme harus menggunakan bahan yang mengandung banyak protein dangan berbagai konsentrasinya sehingga dapat menumbuhkan bakteri (Stanier, 2001). Agar-agar merupakan kompleks polisakarida,dihasilkan oleh alga laut dan digunakan untuk pemadat pada makanan. Keunggulan agar yaitu mencair pada suhuy yang sama dengan air, namun tetap dalam keadaan cair sampain suhu 40 0C ( Suryanto dan Munir, 2006).

PH merupakan faktor yang sangat mempengaruhi suatu keberhasilan dalam pembuatan medium sehingga kondisi pH yang terlalu basa atau terlalu asam tidak cocok untuk dijadikan medium mikroba karena mikroba tidak dapat hidup pada kondisi tersebut. Medium didiamkan atau disimpan selama 2 x 24 jam untuk menyakinkan bahwa medium masih steril, karena selain pH sebagai penentu tumbuhnya mikroba, alat dan medium yang steril juga menentukan (Dwidjoseputro, 1994).

Pembuatan medium Potato Dextrose Agar (PDA), kentang sudah ditimbang dan direbus, dengan ukuran kentang 50,31 g dan agar 4,03 g. Disini menggunakan agar untuk mengentalkan medium. Ekstrak kentang dan agar disetir dan diatur suhu dan pHnya. Sebelum dilakukan sterilisasi, medium berawarna kuning, setelah disterilisasi dalam autoklaf medium berwarna kecoklatan dan didapat endapan berwarna putih. Setelah didinginkan beberapa saat, medium dapat ditanami bakteri (Schegel, 1993).

Pembuatan medium Nutrien Agar (NA) menggunakan bahan utama beef ekstrak 5 g, peptom 3 g dan agar 3 g. Pada awal pengamatan medium Nutrien Agar, sebelum proses sterilisasi berwarna kuning, setelah sterilisasi warna medium menjadi agak coklat. Pada pembuatan medium NA ini ditambahkan pepton agar mikroba cepat tumbuh, karena mengandung banyak N2 (Dwidjoseputro, 1994). Agar yang digunakan dalam proses ini untuk mengentalkan medium sama halnya dengan yang digunakan pada medium PDA yang juga berperan sebagai media tumbuh yang ideal bagi mikroba (Schlegel, 1993).


Daftar Pustaka

Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Jakarta.

Hadioetomo, R.S. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Gramedia, Jakarta.

Schegel, G.H. 1993. General Microbiologi seventh edition. Cambrige University Press, USA.

Stanier, Y. R. Dkk. 2001. The Microbial World. Prenticel Hall. Inc. EigleWood. New Jersey.

Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Papas Sinar Sinanti, Jakarta.

Suryanto, D. dan E. Munir. 2006. Bahan Ajar : Mikrobiologi. USU-Press, Medan.

Tortora, G. J., B. R. Funke, and C. L. Case. 2002. Microbiology : An Introduction. Addison Wesley Longman, New York.

Volk, W. A. dan M. F. Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar, Erlangga, Jakarta


Sabtu, 09 Januari 2010

BOTI (Macaca tonkeana)


KLASIFIKASI

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Class : Mamalia

Ordo : Primata

Family : Cercopithecidae

Genus : Macaca

Species : Macaca tonkeana

Nama lain : Boti (Poso), Seba (Tana Toraja), Lesang (Pinrang).

CIRI-CIRI FISIK

Panjang tubuhnya berkisar antara 500-700 mm, dengan panjang ekor 30-70 mm. Berat tubuhnya 12-14 kg. Tubuh bagian dorsal dan anggota badan seluruhnya berwarna hitam mengkilap. Rambut bagian kepala berwarna cokelat hingga cokelat gelap, rambut kepala agak berjambul. Di antara 8 jenis monyet yang ada di Sulawesi, jenis ini yang mempunyai rambut paling hitam. Rambut pada kaki tumbuh pendek. Bagian ventral berwarna cokelat tua sampai hitam. Pada digo muda, warna rambut pada kepala dan lehernya lebih gelap dibandingkan dengan Boti dewasa. Tidak ada perbedaan antara rambut jantan dan betina. Bantalan kawin berbentuk oval, berwarna merah jambu. Di anatara bantalan kawin tersebut tidak terdapat celah pemisah. Primata ini memiliki kantung pipi untuk menyimpan makanan sementara.

PERILAKU

Sosial

Di alam, Boti hidup dalam kelompok, yang jumlahnya bisa mencapai 25-40 ekor. Meskipun mereka memebentuk sistem sosial, namun tidak terdapat hirarki antar anggota kelompok. Perilaku sosial lainnya, masih belum banyak diketahui. Di daerah batas sebarannya. Macaca tonkeana ada indikasi terjadi perkawinan silang dengan Macaca hecki.

Aktivitas harian

Selama melakukan kegiatan harian, primata ini seringkali dijumpai di tanah, bergerak dengan empat anggota tubuhnya atau quadropedal. Perpindahan dari satu pohon ke pohon lainnya biasanya dilakukan dengan meloncat. Kelompok yang bergerak bersama-sama sering menimbulkan suara gaduh. Daerah jelajah berkisar antara 25-40 Ha dan jelajah hariannya mencapai 1100 m. Aktif pada siang hari hingga sore, namun kadang-kadang pada siang hari dihabiskan untuk bermain.

Suara

Hanya jantan dewasa yang mengeluarkan suara panggilan nyaring. Hampir sama dengan Macaca maura namun lebih sering bersuara dan diulang-ulang. Suara ini dikeluarkan oleh primata ini ketika mereka didekati oleh kelompok non-konspesifik.

Visual Komunikasi

Meringis : Memperlihatkan gigi yang terkatup. Tampilan ini berfungsi sebagai sinyal penenangan untuk mengurangi agresi dalam pertemuan agresif. (Estes, 1991).

Menatap dengan mulut terbuka: Tatapan ini disertai dengan mulut yang terbuka, tetapi gigi tertutup. Ini adalah ekspresi ancaman. (Estes,1991)

HABITAT

Boti hidup pada hutan primer dataran rendah, hutan sekunder, dan hutan dataran tinggi hingga ketinggian 1300 meter dpl, seperti daerah Cagar Alam Fehrumpenai. Selain itu, satwa ini juga mendiami daerah perladangan, perkebunan dan pesisir.

MAKANAN

Boti memakan berbagai bagian tumbuhan. Komposisis pakan primata ini antara lain buah 57%, daun 17%, serangga 8%, bunga 4%, tunas pohon 2%, dan sisanya berupa rumput, jamur, moluska, tanah dan berbagai jenis vertebrata kecil lainnya.

PENYEBARAN

Penyebaran Boti di Sulawesi cukup luas, jika dibandingkan jenis monyet Sulawesi lainnya. Satwa ini dapat ditemukan di Sulawesi Tengah, mulai dari bagian utara sampai ke selatan. Sebelah utara penyebarannya dibatasi oleh dataran rendah Siweli-Kasimbar (0-05o LS), sebelah barat daya oleh penyempitan Danau Tempe (4o LS), dan sebelah tenggara oleh Danau Matana dan Danau Towuti (2-30o LS).